Senin, 07 September 2009

sebuah perenungan naskah drama Sandyangkala Ning Majapahit

SETTING

Antara Cerita dengan Kenyataan

Yang dimaksud dengan setting sebuah cerita adalah waktu dan tempatnya. Setting dapat menjadi hal yang efektif karena dapat membantu pengarang dalam menyampaikan gagasan yang ada kepada pembaca. Pada naskah drama Sandyangkala Ning Majapahit, waktu yang dikisahkan sekitar abad ke-15 M. Tepatnya saat kerajaan terbesar di nusantara mengalami keruntuhan akibat masuknya Islam. Dengan keberadaan waktu tersebut setting bisa memicu tokoh untuk beraksi, menghidupkan atau membuat mereka menampakan sifat. Dapat dikatakan setting disini sebagai ide fisik dari cerita.

Kita akan berpikir bagaimana detik-detik keruntuhan Majapahit karena dari segi judul pun sudah dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Tampaknya Sanusi Pane ingin memberi tahu bagaimana Majapahit runtuh akibat adanya perpecahan internal di lingkungan kerajaan. Dengan kondisi sedemikian rupa tokoh-tokoh akan lebih tampak karakternya. Kita akan tahu siapa yang menjadi penyebab dari keruntuhannya dan juga siapa pahlawan sebenarnya.

Pada naskah ini juga diselingi dengan kisah percintaan antara Damar Wulan dengan Anjasmara. Percintaan bukan merupakan unsur utama tetapi hanya sebagai selingan saja. Kisah cinta akan memberi kesan romantis walaupun itu sesuatu yang tragis. Di akhir cerita Damar Wulan di bunuh, lalu Anjasmara pingsan seketika mendengar kabar itu.

Kematian Damar Wulan bersama dengan kehancuran Majapahit. Di sini dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara Damar Wulan dengan Majapahit. Saat Damar Wulan memenangkan peperangan dengan membunuh Menak Jingga maka itu kemenangan Majapahit. Dan juga kematiannya menjadi akhir dari Majapahit.

Sandyangkala Ning Majapahit terjadi antara tahun 1518-1521 Masehi. Ini terjadi akibat serangan Demak yang dipimpin Pati Unus mengalahkan Raja terakhir Majapahit Dyah Ranawijaya. Penulis bermaksud membuat setting yang sama dengan kenyataan yang terjadi. Lalu penulis menambah bumbu romatis dan pengkhianatan. Terkadang reka ulang terhadap sejarah menjadi suatu bentuk baru memiliki nilai yang lebih dari segi pemaknaan. Dengan adanya unsur sejarah yang sudah diketahui atau setidaknya dikenal oleh masyrakat. Maka penyampaiannya pun akan lebih mudah untuk dipahami. Dan khayalak tidak perlu berpikir keras mengikuti kronologis cerita yang saling berkaitan satu sama lain, lalu menjawab sesuatu yang telah diuraikan.